Idul fitri merupakan momentum terbaik bagi setiap manusia untuk kembali ke fitrahnya sebagai makhluk yang suci dan terampuni dosanya.Cuma, saat ini masih banyak kalangan yang mengartikan Idul Fitri hanya sebagai hari terbebasnya manusia dari kewajiban berpuasa.Ada juga kalangan yang menjadikan Idul Fitri sebagai hari pamer kemewahan.Mereka yang keliru memaknai Idul Fitri hanya akan menjadi manusia yang saleh secara musiman.
Idul Fitri memiliki arti kembali kepada kesucian, atau kembali ke asal kejadian. Idul Fitri diambil dari bahasa Arab, yaitu fithrah, berarti suci. Kelahiran seorang manusia, dalam kaca Islam, tidak dibebani dosa apapun. Kelahiran seorang anak, masih dalam pandangan Islam, diibaratkan secarik kertas putih. Kelak, orang tuanya lah yang akan mengarahkan kertas putih itu membentuk dirinya. Dan dalam kenyataannya, perjalanan hidup manusia senantiasa tidak bisa luput dari dosa. Karena itu, perlu upaya mengembalikan kembali pada kondisi sebagaimana asalnya. Itulah makna Idul Fitri.
Idul Fitri memiliki arti kembali kepada kesucian, atau kembali ke asal kejadian. Idul Fitri diambil dari bahasa Arab, yaitu fithrah, berarti suci. Kelahiran seorang manusia, dalam kaca Islam, tidak dibebani dosa apapun. Kelahiran seorang anak, masih dalam pandangan Islam, diibaratkan secarik kertas putih. Kelak, orang tuanya lah yang akan mengarahkan kertas putih itu membentuk dirinya.
Idul Fitri terdiri dari dua kata. Pertama, kata ‘id yang dalam bahasa Arab bermakna `kembali’, dari asal kata ‘ada. Ini menunjukkan bahwa Hari Raya Idul Fitri ini selalu berulang dan kembali datang setiap tahun. Ada juga yang mengatakan diambil dari kata ‘adah yang berarti kebiasaan, yang bermakna bahwa umat Islam sudah biasa pada tanggal 1 Syawal selalu merayakannya (Ibnu Mandlur, Lisaanul Arab).
Dalam Alquran diceritakan, ketika para pengikut Nabi Isa tersesat, mereka pernah berniat mengadakan ‘id (hari raya atau pesta) dan meminta kepada Nabi Isa agar Allah SWT menurunkan hidangan mewah dari langit (lihat QS Al Maidah 112-114). Mungkin sejak masa itulah budaya hari raya sangat identik dengan makan-makan dan minum-minum yang serba mewah. Dan ternyata Allah SWT pun mengkabulkan permintaan mereka lalu menurunkan makanan.(QS Al-Maidah: 115).
Jadi, tidak salah dalam pesta Hari Raya Idul Fitri masa sekarang juga dirayakan dengan menghidangkan makanan dan minuman mewah yang lain dari hari-hari biasa. Dalam hari raya tak ada larangan menyediakan makanan, minuman, dan pakaian baru selama tidak berlebihan dan tidak melanggar larangan. Apalagi bila disediakan untuk yang membutuhkan.
Abdur Rahman Al Midani dalam bukunya Ash-Shiyam Wa Ramadhân Fil Kitab Was Sunnah (Damaskus), menjelaskan beberapa etika merayakan Idul Fitri. Di antaranya di situ tertulis bahwa untuk merayakan Idul Fitri umat Islam perlu makan secukupnya sebelum berangka ke tempat shalat Id, memakai pakaian yang paling bagus, saling mengucapkan selamat dan doa semoga Allah SWT menerima puasanya, dan memperbanyak bacaan takbir. Kata yang kedua adalah Fitri. Fitri atau fitrah dalam bahasa Arab berasal dari kata fathara yang berarti membedah atau membelah, bila dihubungkan dengan puasa maka ia mengandung makna `berbuka puasa’
(ifthaar). Kembali kepada fitrah ada kalanya ditafsirkan kembali kepada keadaan normal, kehidupan manusia yang memenuhi kehidupan jasmani dan ruhaninya secara seimbang. Sementara kata fithrah sendiri bermakna `yang mula-mula diciptakan Allah SWT` (Dawam Raharjo, Ensiklopedi Alquran: hlm 40, 2002). Berkaitan dengan fitrah manusia, Allah SWT berfirman dalam Alquran: “Dan ketika Tuhanmu mengeluarkan anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): Bukankah Aku ini Tuhanmu?.
Mereka menjawab:”Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. (QS. Al A`râf: 172).” Ayat ini menjelaskan bahwa seluruh manusia pada firtahnya mempunya ikatan primordial yang berupa pengakuan terhadap ketuhanan Allah SWT. Dalam hadis, Rasulallah SAW juga mempertegas dengan sabdanya: “Setiap anak Adam dilahirkan dalam keadaan fitrah: kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani dan Majusi (HR. Bukhari).” Hadits ini memperjelas kesaksian atau pengakuan seluruh manusia yang disebutkan Alquran di atas.
Tatkala kita merayakan Idul Futri, setidaknya ada beberapa sikap yang harus kita perhatikan dengan baik, yakni (a) Dengan sepenuh hati mengharapkan keridloan akan ampunan dari sang Maha Pengampun Allah SWT, atas usaha kita menahan hawa nafsu dengan berpuasa (b) Mengevaluasi diri terhadap ibadah puasa yang telah dilaksanakan selama sebulan penuh. Mari bertanya, apakah puasa yang telah kita lakukan itu termasuk puasa yang penuh makna atau hanya puasa yang menahan makan dan minum saja
(c) Mempertahankan dan mengembangkan kesucian yang telah diraih pada hari yang fitri. Caranya antara lain dengan tetap melaksanakan ibaah-ibadah yang biasa kita laksanakan saat ramadhan.
Jika Allah menjanjikan pada yang berpuasa karena keikhlasan dan keimanannnya ampunan atas segala dosa dan kesalahan yang telah lalu, maka pada hakekatnya kita telah dikembalikan pada kondisi fitrah kita. Seperti layaknya bayi yang baru lahir. Itulah sebabnya hari raya setelah Ramadhan disebut Hari Raya Fitri. Fitri, karena kita seperti selembar kertas yang putih tampa bercak kotor dari dosa. Dengan modal itu, kita jalani hari-hari, bulan dan tahun yang akan datang dengan lebih baik, lebih sedikit berbuat dosa dan kesalahan sehingga, pada bulan Ramadhan tahun depan , kalau umur kita sampai, kita bisa tidak terlalu repot membersihkannya. Demikian juga pada hari-hari mendatang, kita bisa menjalani kehidupan beribadah yang sama kualitasnya dengan bulan kemarin. Kalau kemarin bulan puasa kita mampu membaca/tadarus Quran beberapa ayat, atau satu ain atau lebih dari itu, alangkah baiknya kebiasaan itu tetap kita jalankan di hari-hari mendatang. Kalau kemarin kita bisa menahan amarah, perasaan kesal atau hasrat-hasrat negatif, maka seharusnya kita juga bisa melakukannya pada hari-hari dan bulan-bulan lainnya. Ibarat orang yang baru keluar dari kamp pelatihan, setelah sebulan mengalami latihan dan gemblengan, maka inilah saatnya kita menghadapi dunia nyata kehidupan sehari-hari yang penuh dengan tantangan. Kita coba menahan nafsu angkara, dan nafsu-nafsu lainnya, dengan harapan semoga Allah SWT meridhai setiap langkah yang kita tempuh.
Takbir kemenangan telah berkumandang, hari yang penuh berkah telah kita tinggalkan, hanya kelapangan hati tuk memaafkan
Gema takbir tlah berkumandang tanda kemenangan yang tlah tercapai
Senandung asma Allah menghiasi malam menghampiri fajar menyambut hari kemenangan. Jabat tangan penuh kasih, eratkan tali silaturrahim
Tak ujung lidah yang berucap salah dan tingkah yang berpongah, kususun jari sepuluh
Eyang putri tindak dhateng ngawi. Mundut jadah kaliyan buntelan rujak uni. Kulo ngaturaken sugeng riyadi. Nyuwun samudro pangaksami lan pitrahe ampun lali
Kita sering mendendam, tak mudah memberi dan melepaskan maaf. Mulut mungkin berkata ikhlas. Namun bara amarah masih ada dalam dada, tak pernah kita lepas. Idul fitri waktunya melepas semuayang terganjal di hati
Tuk setiap tutur yang khilaf, tuk setiap perangai yang membekas, tuk segenap kerak di hati yang tak kunjung luruh ku mohon maaf
Bila ada langkah membekas luka, bila ada kata menggores dusta
Dengan sepenuh jiwa, seikhlas niat,sepenuh hati dan sebening embun yang telah dibasuh di bulan suci
Taqobal ya karim, moga ramadhan thn ini dpt mjadi bekal d khidupan 11 bulan mendatang, dan kita tidak membuat kesalahn yang sama lagi. Semoga kita selalu istiqomah di jalan-Nya. Amien
Kejernihan hati akan terpancar dalam diri kita kalau mau saling memaafkan antar sesama umat Allah. Kita putihkan hati dan beningkan jiwa
Jiwa yang suci dari sang Maha Suci, tapi sering kali ternoda oleh dosa pada insan. Sucikan jiwa dengan saling memaafkan
Time 2 Share, Time 2 love, Time 2 pray, Time 2 forgive, Time 2 joy, Time 2 cheer, Time 2 gather, Time 2 back, Back 2 fitri
Andai jarak tak kuasa berjabat, setidaknya kata masihdapat terungkap. Tulus hati meminta maaf
Tiada pemberian trindah&perbuatan trmulia selain maaf&saling memaafkan. “SELAMAT IDUL FITRI1428H”Minal aidin wal faidzin Mohon maaf lahir batin
Semoga di hari yang fitri ini kita data lebur segala dosa dan kesalahan menjadi sebuah kesucian hati dalam menjalani fitrahnya
Tiada pemberian terindah selain maaf, tiada perbuatan termulia selain memaafkan
Tiada kata seindah dzikir, tiada hari semulia idul fitri. Ijinkan tangan bersimpuh atas lisan yang tak terjaga dan hati yang berprasangka.
Gapai ampunan Ilahi, songsong kemenangan haqiqi menuju jiwa nan fitri
Dalam foto yang terpotret, dalam kisah yang terdongeng hidup yang tak pernah lepas dari khilaf
Kt2q tlh bny menyaktimu,prbutanq tlh bny melukaimu.di hr nan fitri ni ijnkanq ucpkan”TAQOBBALALLAHUMINNA WA MINKUM”,minal aidzin wal faidzin,mohon maaf lahir dan bathin.
Biarlah kenangan manis dan pahit di hari lalu tersusun rapi dalam relung hati. Kini kita buka lembaran baru dan membasuh segala kesalahan.
Sucikan hati, bersihkan jiwa, bukakan pintu maaf atas kesalahan, kekhilafan dan kekeliruan yang pernah ada.
Dengan sepenuh jiwa, seikhlas niat,sepenuh hati dan sebening embun yang telah dibasuh di bulan suci
Tak ujung lidah yang berucap salah dan tingkah yang berpongah, kususun jari sepuluh
Bedug tlah ditabuh, gema takbir Ilahi membahana menyambut hari yang fitri
Kita putihkan hati dan beningkan jiwa
Senandung alunan takbir menyerukan kemenangan hati. Saya sampaikan Selamat Idul Fitri 1431 H/2010 M.
Ya..
Kita sering mendendam, tak mudah memberi dan melepaskan maaf. Mulut mungkin berkata ikhlas. Namun bara amarah masih ada dalam dada, tak pernah kita lepas. Idul fitri waktunya melepas semuayang terganjal di hati
Takbir kemenangan telah berkumandang, hari yang penuh berkah telah kita tinggalkan, hanya kelapangan hati tuk memaafkan
Kejernihan hati akan terpancar dalam diri kita kalau mau saling memaafkan antar sesama umat Allah SWT.
Sumber:
http://langitan.net/
http://windyhm.tripod.com/Khut-ied.html
http://www.pesantrenvirtual.com/
0 komentar:
Posting Komentar